- Gina Sutono
- Blog
- Comments Off on Kerajinan Batik Bayat
Sejak abad ke 17, Tembayat atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bayat, sudah merupakan daerah penghasil batik, mulai dari batik halus maupun batik sederhana dengan proses pewarnaan yang dikenal dengan proses kelengan yaitu proses warna yang hanya sekali celup.
Sebagian besar hasil kerajinan ini dikirim ke Solo, yang merupakan pusat penjualan batik waktu itu (hingga sekarang).
Warna dan motif batik yang dibuat, umumnya mengikuti selera pasar yang berkembang di Solo, salah satu sebab mengapa sampai sekarang Bayat kurang dikenal oleh masyarakat luar Solo dan sulit untuk menggali motif mana yang merupakan motif khas Bayat.
Batik Bayat mengalami masa keemasan pada tahun 60 an dan mengalami kemerosotan pada tahun 70 an setelah mulai digunakannya teknik printing atau sablon yang dapat memproduksi lebih cepat dan murah. Desa desa penghasil batik seperti Beluk dan Paseban yang sangat terkenal dengan batik halusnya perlahan namun pasti mulai kehilangan para pengrajin batiknya yang lebih suka hijrah ke kota besar a.l Jogjakarta dan Jakarta atau alih profesi, antara lain menjadi buruh bangunan, bertani atau berdagang.
Batik Bayat mulai menggeliat bangkit pada tahun 80 an dimulai dari desa Jarum. Berawal dari para pemuda yang bekerja di galery galery lukisan batik di Jogja. Melihat tingginya permintaan lukisan batik dan kurangnya pasokan, mendorong para pemuda untuk pulang kembali dan mulai memproduksi sendiri lukisan batik yang kemudian mereka jual ke Jogjakarta. Sebuah perubahan yang dahsyat dari pegawai menjadi produsen. Maka tidaklah mengherankan jika motif batik yang dihasilkan oleh daerah jarum bermotif modern, bebas dengan warna warnanya yang cerah.
Batik Tembayat
Berbicara batik berarti kita berbicara tentang sebuah perkembangan seni yang sangat dinamis, tidak ada karya seni yang sekontroversial batik mulai dari cara pembuatannya sampai pada pengguna batik. Berbagai seminar digelar hanya untuk memperjelas apa itu batik, berbagai usaha dilakukan agar batik tetap menjadi milik Indonesia, dan yang paling menarik adalah batik merupakan satu satunya karya seni yang dipakai mulai dari masyarakat VVIP sampai rakyat jelata. Berbicara tentang batik berarti kita juga berbicara mengenai kebudayaan dan kehidupan masyarakat dari daerah batik itu berasal.
Masyarakat Bayat tergolong dinamis dan terbuka, namun tetap berpegang pada tatanan kehidupan sebagai orang Jawa. Sikap hidup ini menjadi filosofi batik Tembayat dalam membuat setiap helai batiknya.